Memanggungkan Indonesia

Minggu, 26 Juli 2015

Wirausaha, Terobosan Baru Pembangunan Perekonomian Indonesia di Era Pasar Bebas

By on 21.24
Memasuki era globalisasi ini, pembangunan perkenomian regional di bidang wirausaha menjadi sebuah isu hangat sebagai upaya persiapan menghadapi era pasar bebas. Di tengah carut marutnya kondisi perkenomian Indonesia belakangan ini yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah, inflasi yang meningkat dan ditambah lagi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi dimana-mana, tentunya pemerintah Indonesia perlu menyiapkan sebuah strategi yang pas dalam menghadapi persaingan internasional melaui kebijakan moneter dan fiskal.
Sejumlah peluang besar tersedia di depan mata, bahwa dengan adanya pemberlakuan pasar bebas Asean atau yang kita kenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tentunya bursa tenaga kerja menjadi salah satu prioritas utama persaingan bagi perusahaan-perusaan global. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hanya bursa tenaga kerja yang menjadi indikator daya saing dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi? Jawabannya tentu tidak ketika kita berkaca pada tingkat pengangguran yang cukup tinggi di tahu 2015. Perlu diketahui bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu satu tahun tingkat pengangguran di Indonesia mengalami pertambahan sebanyak 300 ribu jiwa . Hal ini berkaitan erat dengan kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang di Indonesia (sumber : http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150505150630-78-51318/ekonomi-melambat-pengangguran-indonesia-bertambah/).
Ada beberapa aspek yang turut mempengaruhi tingkat pengangguran sebuah negara. Pertama, jumlah penduduk mejadi salah satu aspek yang akan dibandingkan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan di sebuah Negara. Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia yaitu sekitar 250 juta jiwa pada tahun 2015 (sumber : http://www.bps.go.id/) . Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lapangan pekerjaan di Indonesia yang masih sangat kecil. Kedua, tingkat pendidikan dan keahlian penduduk sebuah Negara akan menentukan apakah seseorang dapat diterima disebuah perusahaan atau tidak. Di Indonesia sendiri, penduduk kategori pengangguran didominasi oleh lulusan SMA yaitu sebesar 9,10 % dari total penganggur pada tahun 2014 (Sumber : Badan Pusat Statisktik). Sementara itu di era persaingan global saat ini, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan sarjana ke atas.
Berikutnya, ketersediaan lapangan pekerjaan menjadi aspek paling utama dalam penyerapan tenaga kerja di sebuah Negara. Penyerapan tenaga kerja sangat tergantung pada tersediaanya lapangan kerja disebuah negara. Di tengah menurunya laju pertumbuhan pereknomian bukan tidak mungkin investasi di sektor swasta akan menurun. Hal ini tentunya akan berdampak pada jumlah pengangguran yang semakin tinggi. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian tentu mempunyai strategi dalam menghadapi situasi yang cukup sulit ini. Investasi di sektor infrastruktur tentu menjadi salah satu dari sekian banyak solusi, selain mampu menyerap tenaga kerja, juga pembangunan infrastruktur dapat mendukung roda perkenomian Indonesia. Akan tetapi perlu diingat bahwa, investasi di sektor infrastrukutur saja tidak mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang begitu besar. Sebuah kondisi yang ironis akan terjadi jika perdagangan bebas dalam hal ini Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang diaharapkan bisa menjadi solusi yang handal dalam menghadapi persaingan dengan Tiongkok dan negara maju lainnya malah menjadi masalah besar buat negara ini karena belum siapnya penduduk Indonesia dalam menghadapi persaingan global.
Lalu apa sebenarnya yang harus dilakukan oleh pemerintah? Banyak hal yang perlu dikaji untuk mengupas tuntas persoalan ini. Tentunya, kajian-kajian secara garis besar ini akan mengantarkan kita pada sebuah solusi yang diharapkan mampu menjadi solusi utama kekuatan perekonomian Indonesia dalam menghadapi persaingan global.
Rata-rata penduduk Indonesia memiliki orientasi bekerja ketimbang berusaha setelah menyelesaikan pendidikan. Persoalan utama penduduk Indonesia setelah tamat sekolah atau lulus kuliah adalah menjadi pengangguran. Sehingga tidak mengherankan jika isu utama masyarakat Indonesia dalam menghadapi persaingan global adalah persaingan dari sektor tenaga kerja. Padahal, jika dirunut lebih jauh, dengan adanya era keterbuakaan dalam perdagangan bebas, tentunya akan membuka peluang bagi kita untuk menarik investasi yang sebesar-besarya untuk membuka usaha. Peluang usaha akan terbuka lebar, dan keran investasi pun dibuka. Potensi pasar di Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia sepertinya hanya dimanfaatkan oleh pihak-pihak asing untuk melakukan ekspansi usahanya.
Indonesia dengan potensi kekayaan sumber daya alamnya tentu akan menjadi sebuah peluang yang potensial dikembangkan. Lalu dengan apa kita harus mengembangkannya? Wirausaha menjadi sebuah jawaban solutif dalam mengatasi persoalan di atas. Selain dapat meningkatkan perputaran roda perkenonomian, wirasusaha pun dapat memberikan peluang kerja kepada masyarakat Indonesia dengan cepat. Atau dengan kata lain, sudah saatnya wirausaha menjadi tulang punggung perekonomian bangsa ini.
Persaingan di era globalisasi saat ini tidak hanya pada sektor industri dengan teknologi tingkat tinggi, tetapi juga meliputi industri sektor pariwisata, pertanian, kelautan dan industri kreatif. Berkaca dari kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saat ini maka seharusnya Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam melahirkan wirausaha-wirausaha baru di sektor-sektor tersebut di atas.
Beberapa peluang yang dapat kita manfaatkan saat ini salah satunya adalah di sektor pariwisata. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan asing naik menjadi 793,5 ribu pada mei 2015, atau naik 5,47 % dari mei 2014. Berikutnya, meningkatnya ekspor industri kreatif dan meningkatnya jumlah produksi padi dan tanaman perkebunan lainnya. Perlu diketahui bahwa, 11% ekspor komoditas Indonesia berasal dari sektor nonmigas. Hal ini menunjukan bahwa industri apapun dari sektor wirausaha memiliki peluang yang sangat baik untuk dikembangkan. Kondisi seperti ini seharusnya mampu dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia terkait dengan peluang-peluang usaha yang tersedia. Apalagi kondisi ini didukung dengan jumlah penduduk Indonesia yang tinggi.
Perlu diacatat bahwa Indonesia diprediksikan akan menjadi sebuah negara maju dengan tingkat perkenomian terbesar ketujuh di dunia setidaknya pada tahun 2030 . Hal ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat konsumsi domestik yang sangat tinggi (Survei McKinsey Global Institute (2012), http://nasional.sindonews.com/read/1010858/18/potensi-indonesia-menjadi-kekuatan ekonomi-global-1433899211). Bukan tanpa alasan kenapa Indonesia memiliki tingkat konsumsi domestik yang tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang Indonesia yang tinggi.
Perkenomian sebuah negara dikatakan maju apabila salah satu syaratnya adalah jumlah wirausahanya harus mencapai 2% dari total jumlah penduduk. Sementara itu saat ini jumlah wirausaha Indonesia masih sekitar 1,65% dari total jumlah penduduk. Masih kalah jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Persentase wirausaha di Singapura sudah 7%, Malaysia 5% dan Thailand 4%, sedangkan Amerika Serikat persentasenya sekitar 12 % (sumber : http://www.depkop.go.id).
Begitu besarnya peluang yang ada tentunya memberikan harapan bahwa bangsa ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Tentunya peluang ini diikuti dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi baik oleh pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat Indonesia sendiri. Tantangan begitu besar juga di depan mata sebagai tembok besar yang siap menantang laju pembangunan perekonomian Indonesia. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah dalam mewujudkan wirausaha-wirausaha baru di Indonesia diantaranya :
Pertama, meluncurkan program wirausaha muda dengan sasaran pelajar tingkat SMA dan Mahasiswa. Hal ini telah dilakukan oleh pemerintah dengan memanfaatkan kerjasama melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dari beberapa perusahaan swasta dan lembaga keuangan. Tentunya tidak sedikit pengusaha-penguasaha muda sukses baru yang dicetak melalui program ini. Sebut saja beberapa pengusaha sukses yang lahir dari program mahasiswa wirausaha di antaranya adalah Elang Gumilang, Chairman Elang Group, perusahaan yang bergerak di bidang properti, dan juga Wahid Syafruddin pemilik Wahid Home Industri (Pengusaha Matras & Sajadah Batik), lalu Hendy Setiono pendiri bisnis Kebab Turki Baba Rafi merupakan lulusan mahasiswa Wirausaha Muda Mandiri (Program kerja sama Bank Mandiri dengan Direktorat Pendidikan Tinggi/Dikti) dan masih banyak lainnya.
Kedua, menerapkan kurikulum pendidikan wirausaha sejak dini untuk membangun semangat wirausaha dari generasi muda Indonesia masa kini. Hal ini tentu tidak memiliki dampak jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang akan sangat bermanfaat dimana penduduk usia produktif di masa yang akan datang memiliki orientasi berwirausaha ketimbang mencari pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya.
Ketiga, pemerintah tentunya harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mempermudah kerdit modal usaha bagi masyarakat yang mau berwirausaha. Disamping memberikan kredit lunak melalui regulasi peraturan undang-undang, pemerintah pun harus memperkecil resiko kredit macet, salah satunya adalah sambil memberikan pelatihan dan bimbingan kepada pengusaha kecil menengah dalam menjalankan usahanya. Sejauh ini, kesulitan terbesar yang dialami oleh calon-calon pengusaha atau pengusaha adalah kesulitan dalam memperoleh modal usaha.
Jika hal ini dapat diwujudkan maka, bukan persoalan-persoalan perkekonomian dalam negri seperti pengangguran, inflasi, dan lesunya perekonomian dapat diatasi di masa yang akan datang. Berikut lagi dengan banyaknya wirausaha maka secara langsung bangsa ini menyatakan siap mengahadapi era persaingan global dalam hal ini Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tersebut. Karena situasi yang diharapkan nanti adalah produk-produk indonesia dari sektor wirausaha akan mampu menahan gempuran produk- produk dari luar negri. Selain itu, ekspansi usaha akan dapat dilakukan dengan baik ke luar negri jika Indonesia mampu bersaing dalam kualitas, mutu dan harga.

Sekian, Salam.
Andri Atagoran

0 komentar:

Posting Komentar